Oplas
Oplas Kuberi ia setumpuk uang Bangun-bangun kulihat bidadari di cermin Tak mirip aku tapi mirip uangku -Ira Diana-
Oplas Kuberi ia setumpuk uang Bangun-bangun kulihat bidadari di cermin Tak mirip aku tapi mirip uangku -Ira Diana-
Tentang kita yang sering “lupa” Dua orang itu pandai bermain kata Menyelipkan hasrat kemudian melupa Seperti pada parabel Orang-orang biasa tak dapat mencerna Lembar-lembar hidup tidak harus selalu diingat Ada yang mengawang di udara Lepas menunju cakrawala Yang lain mengamati Menuliskannya dalam hati untuk diambil sari Pelajaran dari dua orang yang melupa Untuk … [Read more…]
Aku seperempat China, seratus persen Indonesia Kita hanya menjalankan takdir Memilih dari sel telur dan sperma yang bagaimana, apa kita bisa? Itu rahasia Tuhan. Ketika poyangku terhuyung-huyung beranak-pinak di Indonesia, lalu apa bisa kau buang ia? Bahkan kala itu, ya… kau yang mulutmu berserak tak jelas itu belum lahir! Poyangku sudah ada. Di sudut … [Read more…]
Mencintaimu, aku Mencintaimu Hanya mengikuti terangnya matahari Ke arahmu aku merunduk dan takluk Aku bunga mataharimu Mencintaimu Hanya mengikuti arah jarum jam Ke arahmu detakku menyatu Aku detik bagimu Mencintaimu Hanya perlu satu Yaitu aku -Ira Diana-
Lumut-lumut lumut-lumut tak sengaja tumbuh di lorong waktu sepi penghuni isyarat hati yang digantungkan pada kita lumut ditertawakan langit seolah pertemuan Niks dan Hemera singkat dipergantian siang dan malam lumut barangkali kita, tak dianggap barangkali ia tapi, rindu menyusup diam-diam manisnya melekat pada lembar daun siap dipanggang matahari detak waktu bergegas … [Read more…]
Pertemuan kita di kebun kopi sepasang belibis bersayap ungu mencuri ingatan kita diam-diam lalu menjatuhkannya penuh suka cita bukan di lereng bersemak mulberry tak jua di sela cemara tanah rendah basah namun cukup di ranum kebun kopi embun rebah di percik hujan senja ranum biji kopi adalah balon warna-warni tersangkut mimpi bidadari … [Read more…]
Recent Comments