Aku seperempat China, seratus persen Indonesia
Kita hanya menjalankan takdir
Memilih dari sel telur dan sperma yang bagaimana, apa kita bisa?
Itu rahasia Tuhan.
Ketika poyangku terhuyung-huyung beranak-pinak di Indonesia, lalu apa bisa kau buang ia?
Bahkan kala itu, ya… kau yang mulutmu berserak tak jelas itu belum lahir! Poyangku sudah ada.
Di sudut kota kecil, membangun gubuk kecilnya.
Merawat dan mencintai tanah ini.
Dulu… ya dulu sekali, setahuku mereka tak pernah membedakan.
Bahkan Chow Young menikah dengan pribumi, Siti Ado. Lahirlah Mirna, setengah China.
Mirna juga memilih pria pribumi, Zulkifli namanya.
Lalu lahirlah Bapakku, bukan setengah China, mungkin lebih tepatnya seperempat China. Kemudian aku.
Kami berbeda-beda, ketika sebagian mengimani Islam dan sebagaian lainnya menyakini Yesus Tuhannya.
Tapi Chow Young diam tak mempersoalkan
Bisa saja dia bahagia di singgasananya dengan dupa menyala di samping gundukan tanah dingin.
Kita sama-sama punya hak.
Semesta luas tak pernah memilih siapa yang menetap dan pergi.
Gelombang yang kalian ciptakan, nantinya senyap dalam dinginnya ibu pertiwi.
Semoga kalian sadar.
Dariku yang seperempat China dan seratus persen Indonesia
(Mengenang Chow Young)
-Ira Diana-
gaus
Bagus sekali puisi naratif ini. Menggugah kesadaran tentang kebinekaan yg tdk harus diingkari hanya karena “kau dan aku” beda ras beda agama.
Ira Diana
Terima kasih tanggapannya sang penyair Gaus