Bermunculannya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di lingkungan masyarakat kita, seolah menjadi tren baru dan style pendidikan yang harus diikuti. Orang tua berlomba-lomba memasukkan anaknya ke sekolah, bahkan untuk kelas kelompok bermain (BK). Aktivitas orang tua yang bekerja dan sibuk menjadikan salah satu alasannya.
Apakah penting menyekolah anak sesegera mungkin?
Secara teori dan kebutuhan berdirinya PAUD di tengah masyarakat membuktikan bahwa pendidikan anak usia dini sangat dibutuhkan. Bahkan sejak usia dua tahun, anak-anak sudah dapat bersekolah di kelas kelompok bermain. Adanya PAUD yang dibimbing oleh guru PAUD akan memberikan stimulasi kemampuan dasar anak usia dini agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapatkan stimulasi sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Tapi perlu dicatat, bahwa stimulasi tumbuh kembang anak sangat mungkin dilakukan oleh orang tua (Ibu dan Ayah)
Menurut Hidayat (2009) proses percepatan dan perlambatan tumbuh kembang anak dapat dipengaruhi oleh faktor herediter dan faktor lingkungan. Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang. Yang termasuk faktor herediter adalah bawaan, jenis kelamin, ras dan suku bangsa. Sedangkan faktor lingkungan ini meliputi lingkungan prenatal, lingkungan postnatal dan faktor hormonal.
Di luar penjelasan teori di atas, apakah tidak mungkin anak dipending atau ditunda untuk masuk ke sekolah, hingga usia lima tahun barangkali. Seperti zaman-zaman dahulu yang hanya mengenal sekolah taman kanak-kanak (TK). Pertanyaan besarnya, apakah dengan tidak menyekolahkan anak di sekolah PAUD akan berdampak pada tidak bertumbuh kembangnya anak-anak secara normal, baik psikomotornya maupun akademiknya? Perlu penelitian lebih lanjut untuk membandingkan dua hal tersebut.
Seperti uraian yang saya beri tulisan italic, maka dapat disimpulkan bahwa stimulus dapat dilakukan oleh keluarga terdekat dari anak. Orang tua sangat berperan penting dalam pendidikan dan tumbuh kembang anak, bahkan sejak dini. Saya salah satu orang yang percaya, bahwa sekolah terlalu dini, terlalu lama, dalam hitungan tahun dari waktu total pendidikan yang ada di Indonesia, membuat hal itu terasa membosankan. Belum lagi dengan rutinitas waktu yang kurang efektif di sekolah, seolah-olah semua diukur dengan kuantitas (waktu, pertemuan dan sebagainya) sedangkan kualitas menjadi terabaikan.
Saya, memberikan pendidikan formal kepada putra dan putri saya sejak usia lima tahun (usia taman kanak-kanak). Sepanjang pengamatan saya, mereka mengikuti proses pendidikan dengan baik, walau di awal akan nampak berbeda, karena pembendaharaan kata, keterampilan dan sosial yang nampak belum matang, namun cukup alami. Bahkan anak-anak yang mengenyam pendidikan usia dini pun mengalami hal yang sama.
Pentingnya Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini.
Setiap orang tua, memiliki pemahaman dan kebutuhan masing-masing dengan memasukkan anaknya sejak dini ke sekolah. Alasan ini dapat dimaklumi. Setiap orang tua punya hak atas anaknya. Namun, menyerahkan sepenuhnya pendidikan pada jenjang pendidikan formal, sangatlah keliru.
Orang tua sesibuk apa pun memiliki peran yang paling berpengaruh terhadap tumbuh kembang anaknya. Bahkan gen yang diwariskan menjadi pengaruh utama, selebihnya faktor lain merupakan stimulus respon anak, yang harus diperhatikan oleh orang tua dari lingkungan yang membentuk mereka.
Bagi saya, bersama anak, memperhatikan tumbuh kembangnya, maupun memberikan stimulus tidak berkaitan dengan jumlah waktu kita bersama anak-anak, melainkan kualitas dan metode yang digunakan. Untuk orang tua yang sibuk sekalipun hal ini dapat dilakukan dengan memaksimalkan waktu liburan atau akhir pekan. Justru orang tua memiliki kedekatan emosional dan mengetahui secara pasti bagaimana memperlakukan anaknya. Ini akan memudahkan dalam proses stimulus kepada anak usia dini.
Sepakat?
Pendidikan Anak Usia Dini Bagus Atau Tidak - Senangaja.com
[…] Pendidikan Anak Usia Dini, Penting atau Tidak? […]