Butuh kekuatan untuk menuliskan ini semua. Benar kata Dr. Afif dari Yayasan Al-Araf Indonesia ketika memberikan pendampingan pada saya dan anak-anak pasca saya bercerai, bahwa semua butuh waktu, minimal tiga hingga lima tahun, dan meminta saya untuk tidak menuliskan apa-apa tentang ini.
Namun, nyali saya mendidih ketika sebuah grup yang memiliki visi misi perjuangan bangsa membagikan tulisan dan bercandaan mengenai janda. Saya pikir grup ini berisi warga kelas atas secara pemikiran dan pemahaman. Yang terjadi sebaliknya, diskusi grup kadang melebar ke mana-mana, bahkan hal receh mengenai “janda” plus leluconannya. Saya tersinggung? Tentu! Pasti! Saya marah! Dan bisa saya pastikan ketika saya di dudukkan sejajar dengan orang macam ini, secara intelektual bahkan pengalaman, saya tidak akan lebih rendah darinya.
Mereka lupa, bahwa ibu, saudara perempuan, bahkan anak-anaknya bisa saja berstatus “janda” dan seketika dengan mudah kita kembalikan kata-kata dan leluconnya. Ada senang? Bahagia dikatakan demikian? Saya rasa tidak!
Stigma yang melekat pada status ini memang dicemari oleh perempuan itu sendiri. Itu tidak dapat dipungkiri, namun hendaknya jangan pukul rata untuk semua perempuan. Karena, masih banyak perempuan dengan status janda ditinggal suami karena meninggal atau perceraian adalah perempuan terhormat dan terpelajar. Bahkan bila kita ambil sejarah dalam agama Islam pun demikian. Nyatanya hampir seluruh istri nabi Muhammad adalah janda. Apa kemudian kita-kita ini akan beranggapan Khadijah janda yang dapat diperolok?
Saya meyakini bahwa dengan pemahaman yang kurang, orang-orang macam ini di grup tanpa sadar membagikan tulisan atau pun meme, karena beranggapan itu adalah lelucon. Tapi, dengan maraknya kemajuan teknologi, kita harus pandai membagikan apa pun jenis tulisan, foto, meme dan sebagainya itu. Bila tak bermanfaat, maka jangan! Kita diberi akal dan adab sebagai manusia yang membedakan kita dengan makhluk Tuhan lainnya, misalnya HEWAN.
Mungkin, netijen akan sampaikan, “kok ngomongnya keras sih Ra sekarang?”
Ya harus, agar semua memiliki adab dan punya pemahaman cerdas dalam bersosial media. Dengan cara membaca tulisan ini semoga dibukakan pikiran dan mengubah cara kita berkomunikasi. Itu!
Saya belumlah baik agamanya. Namun bila itu berkaitan dengan cara bersosialisasi, ada baiknya kita saling mengingatkan.
Di lain sisi, saya membaca ulasan mengenai janda yang lebih cantik, pintar dan mudah bergaul. Janda yang terlihat lebih cantik setelah berpisah itu lebih karena ia punya waktu untuk mengurus dirinya sendiri atau tuntutan pekerjaannya. Kalau urusan pintar, itu sudah bawaan lahir. Sedang mengenai cara bergaul, lihat perbedaannya dari dahulu sebelum menjanda, kalau ada perubahan baru deh komentar, kalau dari sananya ya pastilah ia orang yang supel.
Ada pula ungkapan “Hati-hati ada janda…”. Lah, kayak eksklusif sekali janda di tengah-tengah masyarakat sehingga kehadirannya ditakuti. Ditakuti ibu-ibu bersuami, brondong, sampai aki-aki. Ya ampun, emang janda gak bisa mengurusi dirinya sendiri? Atau bersuami dengan cara yang baik? Begitu kesepian kah mereka hingga hidupnya seperti bayang-bayang bagi kehidupan orang lain?
Kalau Tuhan saja menganggap kita sama-sama hambanya dan yang membedakan hanyalah tingkat ketakwaan. Maka, bumi ini berhak untuk dipijak siapa pun dengan status apa pun. Gitu!
erotik
I really liked your blog article. Really looking forward to read more. Awesome. Malena Harper Kruter
indir
Very good article. I am facing a few of these issues as well.. Candy Pavlov Dilks
torrent
I appreciate your feedback. Thank you very much, Lanni. Larina Cazzie Gilboa
web-dl
You need to remember patterns and think on your feet with little notice to succeed. Edythe Cobb Wilona
yify
Just wanna say that this is extremely helpful, Thanks for taking your time to write this. Naomi Reggis Harty
yify
I am sure this post has touched all the internet users, its really really good paragraph on building up new web site. Gypsy Fleming Dasi
bedava
I value the article post. Much thanks again. Fantastic. Ellie Mortie Harms