REVIEW TEXT
Judul : Minah Tetap Dipancung
Karya Denny JA dan Hanung Bramantyo
Berdasarkan Puisi Esai Denny JA, PhD
Produksi : Yayasan Bingkai
Pemain :
Vitta Mariana, Saleh Ali, Farah Hatim, Aryadila Yarosiry, Syifa, Peggy Melati Sukma, Cecep Irsandi, Azmi, Wina, Fauzan, Panca Prakoso, Aziz dan pemain pendukung lainnya.
“Minah Tetap Dipancung ” Apa yang dipikirkan seseorang ketika membaca judul ini? Pastilah suatu kengerian dan ketika saya melihat film ini, air mata tak tertahankan. Kisahnya adalah kisah keseharian biasa yang banyak dialami masyarakat Indonesia, tapi film ini dikemas apik oleh sutradaranya Indra Kobutz. Penyairnya juga penuh dengan sesuatu yang sulit dikatakan dari beberapa kata-kata yang mengalami penekanan kuat. Karena karya ini juga berdasarkan puisi esai yang hebat pula.
Film Indonesia Tanpa Diskriminasi berjudul Minah Tetap Dipancung ini, menceritakan keinginan seorang wanita desa untuk dapat menghasilkan uang agar bisa menyekolahkan anaknya. Minah akhirnya memutuskan untuk menjadi TKW di Arab Saudi. Minta restu suami, anak dan keluarga, bahkan ayah Minah menggadaikan sawah untuk mengurus keberangkatan Minah menjadi TKW.
Singkat kata Minah berangkat ke Arab Saudi dengan harapan untuk dapat mengumpulkan Real yang akan dikirimkan ke keluarganya di kampung. Tapi apa dikata, negara dengan mayoritas berpenduduk muslim itu tidak seperti yang dibayangkan banyak orang. Bahkan majikan Minah tidak pernah membayarkan gajinya, berbulan-bulan, dan… majikannya tega memperkosa Minah berkali-kali. Hati Minah hancur, tidak ada tempat mengadu, Minah sendiri, dia ingat keluarga, ingat suami dan anaknya yang jauh di sana.
Muslim negaranya, tetapi hati milik pribadi masing-masing. Apakah seseorang akan berlaku baik sesuai ajaran agamanya atau malah sebaliknya. Begitu juga Arab Saudi. Sehingga perlakuan itu membuat Minah menjadi wanita kokoh dalam kesedihannya, dia ingin melindungi dirinya. Akhirnya hal itu terjadi, dikala majikannya akan memperkosa Minah untuk kesekian kali, Minah membunuhnya.
Minah ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Masalah Minah ini akhirnya sampai juga ke pemerintahan Indonesia, begitu juga keluarga Minah. Keluarga Minah hanya ingin Minah pulang, tidak ada lagi keinginan akan real-real itu. Keluarganya sedih karena Minah sendirian menghadapi masalahnya. Pemerintah juga tidak dapat berbuat banyak, bahkan tidak sama sekali! Ya… itulah hukum di negeri kita, Indonesia. Miris memang… Warga negara tidak dapat bekerja di negaranya sendiri, bahkan untuk bekerja di negara lain, tidak ada perlindungan hukum. Lalu masyarakat miskin dan penuh harapan akan perbaikan kehidupannya ini mau di bawah ke mana?
Minah akhirnya dipancung juga. Harapan keluarganya sia-sia… hanya menimbulkan luka. Satu film yang sama mengangkat masalah perkosaan juga yaitu Sapu Tangan Fang Yin. Film ini memiliki kesamaan dibeberapa bagian, sama-sama mengangkat kasus hukum yang dipertanyakan dan mereka sama-sama diperkosa. Tapi mereka berbeda. Lihat namanya! Fang Yin dan Minah, tentunya kelihatan ada perbedaan antara keduanya, ya… perbedaan strata. Fang Yin mendapatkan psikolog yang dapat membantunya bangkit sedang Minah tidak ada seorangpun yang dapat membantunya.
Semua bagian dari film Minah Tetap Dipancung benar-benar menarik untuk di tonton khalayak ramai, dapat menjadi contoh dan renungan bagi kita semua. Film yang mengharu biru ini membuat saya menangis sejadi-jadinya. Bukan karena saya cengeng, tapi lihatlah Minah dari sisi dia sebagai anak, sebagai istri, sebagai seorang ibu dan sebagai warga negara Indonesia!